Sunday, April 22, 2012

Si Orang Misterius

"Orang itu sungguh misterius"




Mika bersembunyi di balik semak-semak, badannya gemetar "Ka aku ingin buang air kecil" , Nino menoleh lalu melotot "Tahan sebentar " dia berusaha berbisik pada adiknya, lalu kembali mengintip.

Ada seseorang mengendap-endap disekitar rumahnya, gerak-geriknya sangat mencurigakan, wajahnya tertutup topi warna merah, dia berjaket cokelat dan sepatunya hitam. Nino harus melindungi adik perempuannya. Kemarin Ibu berpesan pada Nino agar berhati-hati , mereka harus selalu pulang sekolah bersama-sama, sebab akhir-akhir ini banyak berita penculikan anak di televisi.

Rumah yang mereka tinggali memang terletak di pinggir jalan, ada beberapa mobil yang sedang parkir, akhir-akhir ini pagar depan rumah selalu terbuka karena engsel pintu belum diperbaiki ayah.

Nino dan Mika punya jalan rahasia untuk masuk ke dalam pekarangan rumah, mereka lebih memilih masuk melalui jalan rahasia tersebut, sebuah celah lebar di pagar batu bata yang tertutup semak teh-tehan, dari balik semak dua anak kecil sedang jongkok mengintip orang asing di depan pintu rumah mereka.

"Kak Nino, aku mau pipis" Mika mulai merengek pelan sambil menarik-narik baju seragam Kakaknya. Ada banyak semut berkeliaran di balik semak yang membuat Mika semakin gelisah.

“Sssst Diam Mika ! orang itu mencurigakan jangan-jangan dia penculik " ujarnya setengah berbisik, Nino sama sekali tidak menghiraukan rengekan adiknya.

Orang itu bisa saja sedang mencari mereka, jika sekarang mereka keluar dari semak-semak dia bisa menyeret mereka ke dalam mobil, lalu menutup mata Nino dan Mika, jika itu terjadi Nino harus berusaha melihat hal-hal kecil dan mendengarkan suara-suara yang bisa dijadikan petunjuk nantinya. Ini sungguh mengerikan. Ibu dan Ayah pasti akan panik, lalu semua orang mencari mereka, mungkin Ibu dah Ayah akan melapor pada Polisi, jika tidak ketemu, foto mereka akan disiarkan di televisi nasional.

Gerak-geriknya semakin mencurigakan , dia melihat-lihat ke jendela, aneh dia tidak sekalipun menekan bel, Nino memperhatikan orang itu dengan seksama dari atas kepala hingga sepatunya.

"Oh tidak!!! " ternyata orang itu membawa kotak dibungkus kertas coklat, kotak yang sangat mencurigakan, Nino harus segera menelpon Ibu, orang itu pasti akan menaruh bom, dan rumah akan segera meledak, tapi Mika tidak mau diam, pasti Mika tidak mengerti bahwa situasi sedang gawat, Nino bingung sekali dadanya berdegup kencang seperti habis ikut lomba lari.

Dengan perlahan dan pasti Nino membuka tasnya dan mencari handphone, Nino harus meminta Ibu untuk segera menelpon kantor polisi. Nino berharap Ibu segera pulang kerumah dan mengusir orang itu.

"Addduuuuh" Mika mengaduh, bagian perutnya mulai terasa sakit, ia tidak mau air pipisnya berubah menjadi batu seperti yang diceritakan Ibu kemarin.

Karena tidak tahan, Mika berlari keluar dari semak-semak menuju halaman rumah, Mika tak peduli dengan situasi genting yang sedang terjadi , kedua kakinya tidak mau diam karena menahan pipis, Mika menghampiri laki-laki misterius itu.

Laki-laki itu heran melihat gadis kecil yang tiba-tiba muncul dihadapannya

"Om, cari siapa?" Tanya Mika

"Ini ada paket buat Ibu Marlina " jawabnya

"Kak Nino !!! Om ini bawa paket buat Ibu dia bukan penculik !!" Mika berteriak pada Abangnya yang sedang sibuk menelpon dibalik semak-semak. Sementara kedua kakinya bergelinjah menghentak-hentak tanah.

Nino lalu keluar dari semak-semak, setengah berlari menghampiri adiknya sambil menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal, untung dia belum berhasil menemukan handphone dalam tasnya.

Nino lalu membuka pintu rumah dan Mika melesat lari ke arah kamar mandi.

“Paket dari mana om?” Nino menyelidik

“Silahkan Adik lihat di alamat pengirim yang tertera di paket tersebut” sambil menunjukan alamat si Kurir paket tersebut mempersilahkan Nino menandatangani surat tanda terima.

“Terimakasih” jawab Nino malu-malu

"Aaaaaaahhh legaa" menahan pipis adalah pengalaman yang buruk rasanya sungguh tidak enak, apa jadinya kalau dia sampai ngompol pikir Mika.

"Kakak terlalu banyak nonton televisi !" ujar Mika ketika berbicara pada Ibunya di telepon. "Om itu cuma mau kasih paket buat Ibu, untung aku nggak pipis dicelana" Mika mengadu pada Ibu di telepon.

“Tidak apa-apa, lain kali kalian lebih hati-hati, Kak Nino dan Mika harus saling menjaga ketika ayah dan ibu sedang tidak ada, oke? Satu jam lagi ibu pulang” sahut ibu di ujung telepon.

Nino hanya meringis tertawa mendengarkan suara ibunya di telepon, ia tahu hari ini sudah terlalu berlebihan. tapi berhati-hati itu penting karena bagaimanapun juga Nino harus selalu menjaga adiknya, ibu dan ayah sedang sibuk mencari uang untuk mereka, Nino harus ikut membantu menjaga Mika. @tridhee


No comments:

Post a Comment